Sampai saat ini belum ditemukan acuan untuk mendeteksi kapan terjadinya gempa. Salah satu yang akhir-akhir ini diselidiki untuk mendeteksi gempa adalah hubungan kenaikan gas ozon dengan terjadinya gempa.
Yang menginspirasi para peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah perilaku aneh beberapa binatang sesaat sebelum gempa. Misalnya anjing yang terus menyalak, burung berkumpul rapat dengan kawanannya, serta katak menghilang dari kolamnya.
Para ilmuwan di laboratorium dari Raul A. Baragiola, seorang profesor fisika teknik di University of Virginia School of Engineering and Applied Science, melakukan eksperimen untuk mengukur ozon yang dihasilkan dengan menghancurkan atau mengebor berbagai jenis batuan beku dan metamorf, termasuk granit, basal, gneiss, riolit dan kuarsa.
Dari hasil ini ditemukan bahwa batuan yang mereka gerus ternyata menghasilkan gas ozon pada level 100 kali lipat lebih tinggi daripada kabut asap yang menyelimuti kota Los Angeles. “Bahkan pecahan batuan terkecil pun menghasilkan ozon,” kata Catherine Dukes, anggota tim peneliti seperti dikutip dari tempo, Selasa (6/12).
Hasil penelitian ini belum dapat disimpulkan, namun dipastikan deteksi peningkatan ozon tanah juga akan berguna dalam mengantisipasi bencana di penggalian terowongan, tanah longsor dan tambang bawah tanah.
Sebagai negara yang berada di pertemuan lempeng-lempeng bumi, Indonesia memiliki banyak potensi gempa. Semoga hasil penelitian ini nanti bisa membantu untuk mendeteksi kemungkinan gempa sehingga mengurangi bencana.
Sumber : berbagaisumber/vn